Pria ini hadir dengan begitu tergesa-gesa. Menawarkan cinta yang bahkan sama sekali belum dirasakannya. Hanya terobsesi ingin memiliki dengan alasan klise yang disebut cinta. Hadirnya yang terlalu mengikat, perlahan membuatku merasa sesak. Dengan paksa dia menerobos memasuki pintu hatiku. Yang saat itu tak ingin disinggahi oleh siapapun. Aku terjebak nostalgia.
" Nama gue Altar. "
Sejak dia hadir dan memperkenalkan namanya, aku tau ini pertanda tidak baik untuk kami.Tapi aku memilih diam. Aku yang masih berharap banyak pada sosok di masa lalu membuatnya semakin menjadi untuk memiliki aku.
Tahukah dia, cinta tak mudah dipaksa? cinta butuh waktu.
Tapi aku tak yakin akan mencintai dia meski dalam waktu selama apapun. Karena jiwa yang bebas terkadang sulit untuk diikat. Karena dia, aku menyadari sedalam apa aku mencintaimu. Sebesar apa aku menganggumimu.
" Surprise !!!! "
Dengan tiba-tiba dia datang membawa kejutan yang sama sekali tak kuduga. Terima kasih, tapi ini terlalu mewah untukku. Dalam diamku, ketika bersamanya aku semakin merindukanmu. Selalu kututupi gemuruh di dadaku dengan tersenyum.
Hingga aku berada pada titik jenuh. Aku yang mulai bosan bersembunyi darinya, aku yang mulai lelah harus selalu menghindar. Akhirnya aku memilih untuk menghentikan semuanya.
" Al, aku mau ngomong, mungkin aku pernah bilang tentang ini sebelumnya. "
" Kenapa perhatian dan semua pengorbananku selama ini cuma dianggap angin lalu? "
" Dari awal aku udah bilang, rasa ini masih tetap ada dan akan sama. Untuk dia. "
" Aku cinta kamu, aku nggak mau kehilangan kamu."
" Aku udah coba jadi sahabat kamu. Tapi semakin lama, kamu semakin terobsesi dan aku takut akan menyakiti lebih dari ini. Aku minta maaf."
"Sekarang. gimana perasaanmu sama dia?"
" Perasaanku ke dia, sama seperti perasaanmu ke aku, bahkan mungkin lebih. Dan aku maasih ingin tinggal bersama kenangannya."
" Bodoh!! "
Dia marah. Tanpa negoisasi lebih, pergi dan menghilang bagaikan asap. Silakan panggil aku wanita dengan seribu keburukan. hanya yang kutau kini, ketika aku berada disamping teman priaku, siapapun dia. Aku selalu berharap itu adalah kamu. Kesetiaan ini masih untukmu. Seberapa banyak perhatian-perhatian istimewa untukku, tak bisa menggantikan perhatianmu yang sederhana. Karena kamu aku lebih kuat bertahan dalam rasa sepi.
Waktu berlalu, aku masih menceritakan kamu pada Tuhan. Tentang hal-hal yang ingin aku lakukan ketika bersamamu. Aku bahkan tidak perduli jika Tuhan bosan melihat usahaku yang memperjuangkan 'kita'. Bersamamu aku selalu mampu. Karena kamu, aku mulai mengerti banyak hal. Ketika jarak memisahkan, aku tak pernah menyesal walau harus seperti ini. Melihatmu dari kejauhan. Mencintaimu diam-diam dan merindukanmu dalam sepi. Semua ini cukup untukku, melihat tawamu, kebahagiaanmu. Walau tak sedikitpun mereka tau apa yang sebenarnya aku rasakan. Aku selalu mengingatkan diriku berkali-kali. Cukup bersamamu dan mengikhlaskan semuanya terjadi.
Waktu yang bergulir terasa begitu lambat. Entah ingatanku yang terlalu hafal tentangmu. Tuhan, dengan caranya selalu punya alasan untuk membuatku tersenyum.Membawamu kepadaku lagi, memberiku kesempatan lagi untuk memperbaiki semuanya. Selama jarak memisahkan, aku menyadari banyak hal. Tapi 1 hal yang paling berharga, yaitu waktuku ketika bersamamu.
" Nama gue Altar. "
Sejak dia hadir dan memperkenalkan namanya, aku tau ini pertanda tidak baik untuk kami.Tapi aku memilih diam. Aku yang masih berharap banyak pada sosok di masa lalu membuatnya semakin menjadi untuk memiliki aku.
Tahukah dia, cinta tak mudah dipaksa? cinta butuh waktu.
Tapi aku tak yakin akan mencintai dia meski dalam waktu selama apapun. Karena jiwa yang bebas terkadang sulit untuk diikat. Karena dia, aku menyadari sedalam apa aku mencintaimu. Sebesar apa aku menganggumimu.
" Surprise !!!! "
Dengan tiba-tiba dia datang membawa kejutan yang sama sekali tak kuduga. Terima kasih, tapi ini terlalu mewah untukku. Dalam diamku, ketika bersamanya aku semakin merindukanmu. Selalu kututupi gemuruh di dadaku dengan tersenyum.
Hingga aku berada pada titik jenuh. Aku yang mulai bosan bersembunyi darinya, aku yang mulai lelah harus selalu menghindar. Akhirnya aku memilih untuk menghentikan semuanya.
" Al, aku mau ngomong, mungkin aku pernah bilang tentang ini sebelumnya. "
" Kenapa perhatian dan semua pengorbananku selama ini cuma dianggap angin lalu? "
" Dari awal aku udah bilang, rasa ini masih tetap ada dan akan sama. Untuk dia. "
" Aku cinta kamu, aku nggak mau kehilangan kamu."
" Aku udah coba jadi sahabat kamu. Tapi semakin lama, kamu semakin terobsesi dan aku takut akan menyakiti lebih dari ini. Aku minta maaf."
"Sekarang. gimana perasaanmu sama dia?"
" Perasaanku ke dia, sama seperti perasaanmu ke aku, bahkan mungkin lebih. Dan aku maasih ingin tinggal bersama kenangannya."
" Bodoh!! "
Dia marah. Tanpa negoisasi lebih, pergi dan menghilang bagaikan asap. Silakan panggil aku wanita dengan seribu keburukan. hanya yang kutau kini, ketika aku berada disamping teman priaku, siapapun dia. Aku selalu berharap itu adalah kamu. Kesetiaan ini masih untukmu. Seberapa banyak perhatian-perhatian istimewa untukku, tak bisa menggantikan perhatianmu yang sederhana. Karena kamu aku lebih kuat bertahan dalam rasa sepi.
Waktu berlalu, aku masih menceritakan kamu pada Tuhan. Tentang hal-hal yang ingin aku lakukan ketika bersamamu. Aku bahkan tidak perduli jika Tuhan bosan melihat usahaku yang memperjuangkan 'kita'. Bersamamu aku selalu mampu. Karena kamu, aku mulai mengerti banyak hal. Ketika jarak memisahkan, aku tak pernah menyesal walau harus seperti ini. Melihatmu dari kejauhan. Mencintaimu diam-diam dan merindukanmu dalam sepi. Semua ini cukup untukku, melihat tawamu, kebahagiaanmu. Walau tak sedikitpun mereka tau apa yang sebenarnya aku rasakan. Aku selalu mengingatkan diriku berkali-kali. Cukup bersamamu dan mengikhlaskan semuanya terjadi.
Waktu yang bergulir terasa begitu lambat. Entah ingatanku yang terlalu hafal tentangmu. Tuhan, dengan caranya selalu punya alasan untuk membuatku tersenyum.Membawamu kepadaku lagi, memberiku kesempatan lagi untuk memperbaiki semuanya. Selama jarak memisahkan, aku menyadari banyak hal. Tapi 1 hal yang paling berharga, yaitu waktuku ketika bersamamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar