Kuingat saja semua hal indah yang ada untukku tersenyum..
Dan kuingat saja semua hal yang buruk bagiku..
Untukku menjadi kuat dalam hidup ini..

Kamis, 24 Oktober 2013

:)



Tertuju : Pria Tampan Berbintang Aries yang bersembunyi dibalik senyum manisnya.

Pria berbintang Aries yang kucintai. Yang beberapa hari ini sering membuatku bertanya sendiri dalam hati, terjebak dalam pemikiran-pemikiranku sendiri tentang sikapmu yang sangat sulit untukku mengerti. Langkah kakimu yang tak bisa kuduga kemana arahnya. Kamulah satu-satunya pria yang tak dapat kutebak isi kepalanya, terlebih isi hatinya. Teka-teki dalam dirimu terlalu sulit. Maksudku, belum dapat kupahami.

Taukah kamu, saat ini rasa khawatirku meningkat drastis?

Bukan karena aku takut atas pengabaian atau dinginnya sikapmu. Aku sungguh terlalu takut jika masalah menghampirimu dan kamu harus sekuat tenaga menghadapinya sendirian. Aku disini .. ingin sedikit meringankan bebanmu..

Salahkah aku?

Jika aku lebih sering terlihat cerewet belakangan ini atau mungkin agak sedikit menyebalkan karena terus menghubungimu.

Maafkanlah sikapku, dan maklumilah. .

 Aku sungguh bukan wanita yang kuat memendam rasa khawatir seharian, karena sejujurnya itu membuat jantungku sakit dan helaan nafas yang terasa berat.  Disaat mata kita bertemu, aku mampu merasakan hal lain yang tersirat, yang kamu sembunyikan jauh dalam sel otak tersembunyi yang tak mungkin dapat kuketahui secara detail apa isinya.

Tak banyak yang kuminta, hanya tolong jangan jadikan aku patung ketika dihadapanmu. Diam disaat banyak hal yang ingin kutanya dan kuceritakan kepadamu.

Sedikitpun bukan maksudku untuk memperbesar masalah yang menurutmu sepele. Aku hanya ingin jawaban jujur darimu. Disaat aku bertanya ‘apa kamu baik-baik saja?’

***
Kutulis ini ketika isi kepalaku terisi penuh oleh sosokmu, ketika konsentrasiku hilang menguap diudara dan hanya berfikir tentangmu. Kamu. Kamu dan Kamu. Ketika secara bersamaan kita membuang helaan nafas berat. Helaan nafas dari jiwa yang lelah. Dan disaat yang sama memandangi langit dengan tatapan yang menerawang jauh ke angkasa. Kala itu langit kelabu.  Meski sama-sama saling menyembunyikan, tapi semua tergambar lewat wajah dan sorotan mata yang meredup.  

~ Hatimu sudah jadi milikku, hatiku sudah jadi milikmu. Namun, mengapa aku dan kamu tak kunjung menciptakan ruang untuk kita? Ruang tempat kita saling memahami juga mencintai, tanpa harus memperhatikan gengsi yang mematikan semua urat-urat hati. ~ “Dwita”

Dari : perempuan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar