Tertuju
: Pria Tampan Berbintang Aries yang bersembunyi dibalik senyum manisnya.
Pria
berbintang Aries yang kucintai. Yang beberapa hari ini sering membuatku
bertanya sendiri dalam hati, terjebak dalam pemikiran-pemikiranku sendiri
tentang sikapmu yang sangat sulit untukku mengerti. Langkah kakimu yang tak
bisa kuduga kemana arahnya. Kamulah satu-satunya pria yang tak dapat kutebak
isi kepalanya, terlebih isi hatinya. Teka-teki dalam dirimu terlalu sulit.
Maksudku, belum dapat kupahami.
Taukah
kamu, saat ini rasa khawatirku meningkat drastis?
Bukan
karena aku takut atas pengabaian atau dinginnya sikapmu. Aku sungguh terlalu
takut jika masalah menghampirimu dan kamu harus sekuat tenaga menghadapinya
sendirian. Aku disini .. ingin sedikit meringankan bebanmu..
Salahkah
aku?
Jika
aku lebih sering terlihat cerewet belakangan ini atau mungkin agak sedikit
menyebalkan karena terus menghubungimu.
Maafkanlah
sikapku, dan maklumilah. .
 Aku sungguh bukan wanita yang kuat memendam
rasa khawatir seharian, karena sejujurnya itu membuat jantungku sakit dan
helaan nafas yang terasa berat.  Disaat
mata kita bertemu, aku mampu merasakan hal lain yang tersirat, yang kamu
sembunyikan jauh dalam sel otak tersembunyi yang tak mungkin dapat kuketahui
secara detail apa isinya.
Tak
banyak yang kuminta, hanya tolong jangan jadikan aku patung ketika dihadapanmu.
Diam disaat banyak hal yang ingin kutanya dan kuceritakan kepadamu.
Sedikitpun
bukan maksudku untuk memperbesar masalah yang menurutmu sepele. Aku hanya ingin
jawaban jujur darimu. Disaat aku bertanya ‘apa kamu baik-baik saja?’
***
Kutulis
ini ketika isi kepalaku terisi penuh oleh sosokmu, ketika konsentrasiku hilang
menguap diudara dan hanya berfikir tentangmu. Kamu. Kamu dan Kamu. Ketika
secara bersamaan kita membuang helaan nafas berat. Helaan nafas dari jiwa yang
lelah. Dan disaat yang sama memandangi langit dengan tatapan yang menerawang
jauh ke angkasa. Kala itu langit kelabu. 
Meski sama-sama saling menyembunyikan, tapi semua tergambar lewat wajah
dan sorotan mata yang meredup.  
~
Hatimu sudah jadi milikku, hatiku sudah jadi milikmu. Namun, mengapa aku dan
kamu tak kunjung menciptakan ruang untuk kita? Ruang tempat kita saling
memahami juga mencintai, tanpa harus memperhatikan gengsi yang mematikan semua
urat-urat hati. ~ “Dwita”
Dari
: perempuan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar