Kuingat saja semua hal indah yang ada untukku tersenyum..
Dan kuingat saja semua hal yang buruk bagiku..
Untukku menjadi kuat dalam hidup ini..

Selasa, 29 Oktober 2013

~ INSOMNIA ~

Kutarik selimut sekali lagi, menenggelamkan wajahku pada bantal dan mencoba menutup mata. Aku rindu suasana tenang dalam pelukan sang pencipta, ketika rohku terpisah sementara dari ragaku. Aku ingin tertidur. Belakangan ini waktuku sedikit sekali untuk memanjakan mata, bukan karena aku terlalu sibuk melainkan mata ini yang terlalu bersemangat untuk menatap semuanya, melihat satu persatu fakta yang dibeberkan dihadapanku. Semakin aku tau, semakin sulit rasanya mata ini untuk terpejam.

Hari ini pun sama, tak ada yang berubah dengan indra penglihatanku ini. Masih sulit terpejam, meski  jarum jam dikamarku telah menunjukan pukul 03.11 wib. 

Aku kembali duduk diatas tempat tidurku. Menyandarkan punggung pada tembok disamping ranjangku. ‘Aku lelah, ingin tidur. Sebentar saja..’ keluhku dalam hati.  

Tidak ada pilihan lain, kembali kunyalakan lampu kamarku dan kuambil buku yang belum selesai aku baca tadi siang. Berharap buku yang kubaca bisa mendatangkan rasa kantuk dan kemudian tertidur.

Aha! Aku tertidur, terakhir aku melihat detik jarum jam menunjukan pukul 04.37.  Dan sekarang aku merasakan perlahan tubuhku terasa ringan membubung diudara. Melayang dan lepas. Meski demikian sayup-sayup aku mendengar suara adzan subuh berkumandang dari Mesjid sebelah, merdu indah sekali. Sepertinya sang muadzin masih muda dan bertubuh gagah.  Aku menikmati saat-saat jiwaku tenang seperti ini. Berharap bisa setiap saat melakukannya.

Imaji ku semakin tak terkendali, aku tak mendengar suara apapun kali ini. Suara jam yang berdetik atau suara hembusan udara yang  ditiupkan air conditioner kamarku. Aku benar-benar hilang.
Jiwaku masih belum sepenuhnya terlelap, aku masih mampu merasakan dan menduga-duga tentang apa yang akan terjadi kemudian. Di alam bawah sadarku, jiwaku masih terus mencari tau semuanya. Hingga aku merasa berada di tempat yang berbeda. 

Apakah ini namanya mimpi?

Apakah aku benar-benar sudah terlelap tidur?

Dari kejauhan aku melihat bayanganku sendiri bersama sosok pria yang tak lama kemudian aku sadari, dia adalah pria yang kucintai dalam diamku. Kurindukan dalam tangisku dan dia adalah nama yang selalu senantiasa hadir dalam daftar doaku setiap selesai sholat 5 waktu. Aku semakin melihat jelas apa yang dilakukan sosok ‘aku’ dan ‘dia’. Kebahagiaan meliputi wajah keduanya.

Itukah aku?

Mengapa aku tak bisa merasakan hal yang sama seperti ‘aku’ yang sedang kulihat?

Apakah ini benar-benar mimpi? Sebenarnya dimana aku berada?

Jiwaku yang semula tenang, kini mencari jalan pulang. Aku ingin menatap lagi langit-langit kamarku. Merasakan desir angin dari air conditioner kamarku dan menghentikan semuanya.
Imajenasiku masih bermain nakal di alam bawah sadarku. Sementara jiwaku menolak permainan ini. Tetapi mulutku tak dapat berkata apapun.  Semakin lama, semakin tak kumengerti alur cerita yang dibuat sel-sel dalam otaku ini. 

Tiba-tiba saja.

‘Praaaaaakkkkk! Fionaaaaa…. Sudah jam berapa ini? Telat nanti kamu!!’

Tubuhku terperanjat. Jiwaku dengan serta merta menarik diri dan kembali memasuki sukma dalam tubuhku. Hingga tak lama kemudian, aku mampu melirik jam beker dikamarku yang menunjuk pada angka 09.17 wib. Dengan mata setengah melotot aku menarik diri dari mejaku dan kemudian berlari ke kamar kecil dengan langkah seribu. Aku terlambat ke kampus, padahal ini adalah kali pertama aku memasuki kampus baruku. 

‘semuanya selesai, dan siap berangkat!’ ucap batinku.

Setelah berpamitan pada wanita tua tercinta yang kucium pipi kiri dan kanannya setiap hari. Aku melangkahkan kaki menaiki mobil dan diantar supirku menuju kampus. Diperjalanan aku kembali mempertanyakan kejadian semalam.

‘apa semalam itu namanya mimpi?’ suaraku lirih

‘kenapa non?’ supirku menyela

‘eh..ahm.. gapapa Pak Kus .’ jawabku singkat.

Pak kus melanjutkan perkataanya, ‘semua yang kita anggap mimpi itu bisa jadi realisasi dari apa yang kita pikirin dari apa yang kita pendam. Tapi sebaik dan seindah apapun rangkaian cerita dalam mimpi, lebih baik semua yang ada di alam nyata. Itu menurut buku yang saya baca non, hehe..lumayan nambah pengetahuan.’ Pak kus tersenyum dibalik kemudi.

Aku meliriknya dari kaca diatas kepalanya. Mungkin benar, selama ini aku terlalu sibuk merancang mimpiku secara sadar, hingga alam bawah sadarku terpengaruh dan sulit untuk tertidur dimalam hari. 

-30 Oktober 2013-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar