- Pria Tampan Terakhir -
Sederhana saja,
semua berawal saat pesanmu ada di inbox facebook-ku. Aku yang saat itu mengacuhkanmu ternyata tak
membuat semuanya berakhir sederhana. Bahkan mulai terasa sedikit rumit. Ketika kamu
mulai berhenti memperjuangkan kita. Kita yang memulai semuanya dan bingung
bagaimana harus mengakhirinya. Itu dulu, sebelum kamu memberiku banyak
pelajaran berharga. Sosokmu yang bijaksana membuat perhatianku tetap tertuju
padamu. Tanpa kusadari, ini berjalan selama satu tahun kebelakang. Keindahanmu,
tak mampu membuatku mengalihkan pandangan kepada makhluk lain disekitarku. Yang
kutuju hanyalah kamu, tatapan dan sikap yang selalu membuatku damai ketika
bersamamu.
Jika mereka
berpendapat aku salah menilaimu, kupikir mereka perlu mengenalmu lebih jauh.
Tentang bagaimana kamu menguasai rasa marah ketika emosimu memuncak, tentang
caramu berjuang untuk masa depan, tentang perhatian kecilmu yang terkadang
membuat ‘delusi’. Memang kamu selalu diam dan lebih memendam apa yang ada dalam
hati dan fikiranmu. Bertanya diam-diam dalam hatimu, seolah tak boleh ada yang
tau selain kamu sendiri. Tapi percayalah, berbagi rasa apapun itu lebih
menyenangkan dari pada harus memendamnya sendirian.
Farera namanya,
dialah pria tampan terakhir untukku. Dibalik kesederhanaan
nya, dia terlihat sangat istimewa. Entah bagaimana caranya dia mengetuk pintu dan melewati dinding hatiku yang menggema sepi. Menyita ruang kosong dihatiku. Hinga kemudian hati ini berharap menjadi rumah tempatnya kembali pulang. Aku memanggilnya tampan bukan karena keindahan wajahnya, tidak hanya itu!. Ada yang lebih indah yang tepancar dari dalam dirinya. Hatinya.
nya, dia terlihat sangat istimewa. Entah bagaimana caranya dia mengetuk pintu dan melewati dinding hatiku yang menggema sepi. Menyita ruang kosong dihatiku. Hinga kemudian hati ini berharap menjadi rumah tempatnya kembali pulang. Aku memanggilnya tampan bukan karena keindahan wajahnya, tidak hanya itu!. Ada yang lebih indah yang tepancar dari dalam dirinya. Hatinya.
Darinya aku
belajar tentang siklus kehidupan. Aku mampu melihat setiap harapan dari sinar
matanya. Yang bersinar ketika berbicara masa depan dan meredup ketika mengenang
masa lalu. Melihatmu tertawa lepas sekalipun belum membuatku yakin kalau kamu
baik-baik saja. Karena dalam lelah kamu selalu mampu untuk tertawa. Tanganku
mungkin tak selalu dapat menggenggam tanganmu. Saat ini, kita hanya mampu
melangkah bersama, dalam ruang dan waktu yang berbeda. Mari kita memulai
langkah untuk berada disatu titik yang disebut ‘tujuan’ .. Karena berharap
selalu lebih baik dari pada putus asa.
i cannot do
everything for you, but i can do something for you :)