Kuingat saja semua hal indah yang ada untukku tersenyum..
Dan kuingat saja semua hal yang buruk bagiku..
Untukku menjadi kuat dalam hidup ini..
Rabu, 16 September 2015
Senin, 31 Agustus 2015
Rabu, 29 Juli 2015
Cerita Pagi Ini ^
Dimulai dari satu langkah.
Meraup sedikit demi sedikit ilmu.. memang tak menghasilkan Gelar apa-apa.
Karena ilmu yang kami cari bukan di sebuah Universitas,
Dunia ini adalah tempat kami belajar dengan begitu banyak guru dan pelajaran yang kami dapatkan setiap harinya.
Itu cukup untuk memenuhi hasrat ingin tahu kami yang begitu besar.
Meski terkadang terpaan badai datang tiba-tiba.
Meski Panas terik dan balutan debu menghampiri kami.
Itu semua tak memudarkan mimpi dan harapan kami.
Karena kami, ingin seperti kalian yang bermanfaat bagi orang lain.
Meski tak menyandang Gelar Sarjana.
- Depan Stasiun Cikini,Pagi ini 08.34 Wib -
Senyumnya mengembang disudut bibirnya. Kemudian dia berlari.
Guruku hari ini, anak laki-laki penjual koran berusia 9 tahun.
Meraup sedikit demi sedikit ilmu.. memang tak menghasilkan Gelar apa-apa.
Karena ilmu yang kami cari bukan di sebuah Universitas,
Dunia ini adalah tempat kami belajar dengan begitu banyak guru dan pelajaran yang kami dapatkan setiap harinya.
Itu cukup untuk memenuhi hasrat ingin tahu kami yang begitu besar.
Meski terkadang terpaan badai datang tiba-tiba.
Meski Panas terik dan balutan debu menghampiri kami.
Itu semua tak memudarkan mimpi dan harapan kami.
Karena kami, ingin seperti kalian yang bermanfaat bagi orang lain.
Meski tak menyandang Gelar Sarjana.
- Depan Stasiun Cikini,Pagi ini 08.34 Wib -
Senyumnya mengembang disudut bibirnya. Kemudian dia berlari.
Guruku hari ini, anak laki-laki penjual koran berusia 9 tahun.
Selasa, 26 Mei 2015
:: Surat untuk Sahabat ::
Ketika manusia terlahir, banyak hal yang tidak diketahuinya. Termasuk siapa orang tuanya, seperti apa keluarganya dan bagaimana dia akan di perlakukan.
Setiap manusia terlahir sebagai pejuang, mereka harus berjuang meski seringkali berharap diperjuangkan.
Apa menurut kalian seorang anak yang terlahir dari keluarga utuh, kaya raya dan pintar adalah benar-benar manusia sempurna?
secara kasat mata mungkin iya.
Namun orang lain takkan pernah tau kedalaman hati seseorang, yang mungkin memiliki ruang kosong dalam hatinya. Bertahun-tahun berharap ruangan itu dapat terisi penuh oleh kebahagiaan yang sederhana, yaitu perhatian dan kehadiran.
Bukan perlakuan mewah yang berlebihan, namun di satu sisi ada kekurangan.
Memang ..... tidak ada yang sempurna.
Untuk sahabatku yang saat ini berduka, bersabarlah...!!
Tidak penting seperti apa keadaan keluargamu ketika kamu lahir. Golongan konglomerat atau bahkan kehidupan yang apa adanya.
Tidak peduli bersama siapa saat ini kamu berjuang, bahkan jika mungkin itu sendirian.
Tidak berarti apa yang orang lain katakan tentangmu, baik ataupun buruk. Tunjukan bahwa kabaikanlah yang kau bawa.
Kesedihan yang kau rasakan karena menyadari kenyataan yang ada saat ini mungkin perih dan terluka. Jadilah Kuat...!!
Sekalipun mungkin hatimu teriris.
Tidak Penting pula siapa nama Ayah dan Ibumu, pekerjaan mereka dan hal lain yang mungkin bisa orang lain cela darimu.
Teruslah melangkah!
Jangan hiraukan mereka yang mencibirmu. Kuatkan hatimu... Tak ada yang tau akan jadi siapa kamu di masa depan.
_18.04 pm
_menanti kembalinya bahagiamu
Senin, 23 Maret 2015
“ My Angel with Tatto “
Tatto di lengan kanannya
bertuliskan “ Hope “ adalah pemandangan di akhir senja yang kulihat hari ini.
Cahaya mentari memantul dari jendela luar, mataku menangkap kilasan senyum
riang mentari seolah ia berkata, selamat tinggal!
Kenapa harus selamat
tinggal? Bukankah Esok ia akan kembali – imajenasiku mulai ngawur.
Saat kembali ku arahkan
pandanganku mencari sosok itu. Ia menghilang.
Pertemuan pertama, aku
hanya bisa menatap sebatas punggungnya saja, celana pendek, kaos tipis dan
sandal jepit cukup menjelaskan kalau pria itu memiliki kepribadian simple dan
apa adanya.
“ Hmm, tattoo itu
mungkin memiliki arti… bahwa dia ingin memberitahu bahwa dia adalah pria yang
tegar, dan…… mungkin dia adalah pria yang selalu punya harapan, ya meski disaat
sulitnya.?! “ Gumamku
Aku meraba pemikiranku sendiri, dan terjebak
untuk beberapa saat. Meski begitu, aku yakin tattoo bertuliskan “Hope” itu
adalah suntikan energy untuk dirinya sendiri. Entahlah, rasa sok tahu-ku mulai
muncul. Segera harus ku hentikan.
Ku ambil gelas dan
mengisinya dengan air mineral. Menata hatiku yang sedikit sulit dikendalikan.
Adakalanya aku akan
termenung berjam-jam hanya dengan membaca atau mendengar kalimat yang ku sukai
itu muncul atau ketika aku mendengar seseorang mengucapkannya. Dan terkadang
itu mengganggu.
~~~
Bumi masih berotasi,
berputar mengelilingi lintasannya. Begitupun dengan kotaku, tak banyak yang
berubah disini.
Kenangan silih berganti
menari-nari di kepalaku. Tentang masa Sekolah Dasar hingga masa SMA.
Orang-orang di kota ini,
selalu membuatku rindu setengah mati. Terlebih ada Ayah yang setia tinggal di
kota ini.
Cianjur, kota kelahiranku.
Hampir 3 tahun aku pergi
dari sini, tapi tidak untuk melarikan diri. Hanya sekedar mencari arti.
Mencari tahu, sejauh
mana aku mampu memegang mimpiku, memeluk harapku dan meninggalkan kecewaku
disini.
Sahabatku mengerti bahwa
ini bukan kepergian, mereka tau aku hanya ingin meraih tujuan.
Setiap hari mengajariku
arti pertemuan dan perpisahan. Dimulai dari pertemuan dengan matahari terbit,
menghabiskan waktu bersama, hingga akhirnya matahari mengucap selamat tinggal
dalam bentuk senja,
Senja hadir untuk
menunjukan kedamaian saat kita kehilangan terang.
Sama seperti hari dimana
aku mengenalmu lewat alunan saxophone yang kamu mainkan. Bukan menjadi sesal,
tapi sangat disayangkan jika selama ini, kita tak pernah saling tahu. Apalagi
bertemu. Meskipun kita berasal dari kota yang sama, setiap hari menikmati udara
yang berhembus manis disana.
~~~
Tiba hari dimana aku
dirundung duka. Keadaan saat itu sulit untuk dijelaskan, nalar dan bibirku
enggan untuk menceritakan ada apa sebenarnya denganku. Aku hanya meminta tolong
pada diriku sendiri untuk tetap tegar, namun meski aku bertingkah seolah tak
butuh siapapun, aku tetap selalu saja menyusahkan.
Dan saat itu,
pertolonganmu sampai padaku, melegakan dadaku yang serasa terhimpit.
Sejak saat itu aku
berjanji untuk tidak mengecewakanmu, untuk tidak melupakan kebaikanmu. Dan
membalas lebih atas kebaikanmu.
Meski aku tak dapat
berjanji untuk dapat menahan perasaan malu ketika bertemu muka denganmu lagi,
tapi aku harus menepati janjiku bukan? Untuk mentraktirmu makan jika kita
bertemu.
~~~
Macetnya Jakarta menahan
langkahmu untuk tiba tepat waktu dan menghibur Fans-mu malam ini. Raut kecewa
dan lelah dapat kubaca dari wajahmu. Dengan
malu, aku mencoba menghiburmu, namun sepertinya tidak berhasil. Lelah itu masih
ada tapi kau coba untuk sembunyikan. Yang kamu tunjukan adalah rasa lapar
hehehe…. dan kita sama-sama makan burger, Terima kasih untuk obrolan kita malam
itu. Mustahil kita tahu seseorang itu 100% tapi setidaknya kita tahu orang
seperti apa dia.
Setelah menatapnya
lekat, melihat pahatan Tuhan lewat wajahnya, hatinya.. aku mengerti. Bahwa
Tatto yang terlukis ditubuhnya hanyalah sebuah karya seni yang memiliki nilai
tersendiri. Tak perlu dikelompokan sebagai orang yang gemar melakukan kriminal.
Faktanya aku lihat hatinya malam ini.
Dalam doa panjang untuk
Tuhan, terselip permintaan agar Tuhan membalas semua kebaikanmu. Melipat
gandakan rejekimu serta Selalu Memberkatimu.
Andai saja aku bisa
membalas kebaikanmu sama seperti kebaikanmu untukku.
Dan… andai saja
kesalahpahaman itu bisa aku jelaskan
Mungkin rasa bersalah
ini tak akan menamparku lagi dan lagi.
Apa jadinya jika Fans-mu
tahu kalau aku menyulitkan idola mereka?! Hehehee :’)
Maaf :(
, atas tidak tepatnya aku membalas kebaikanmu.
Terima kasih atas
kebaikanmu untukku, dan untuk Almarhum Ayahku.
Kamis, 11 Desember 2014
The day after i .....
Besok tepat 40 hari setelah kepergianmu. Rasanya ada yang lain,
seperti duka yang menyelinap masuk lewat rongga jantungku,membuatnya
berdegup lebih cepat dari biasanya. Menyumbat pembuluh darah hingga
membuatku sulit bernafas, udara yang kuhirup menguap menjadi bulir
bening airmata.
Aku rindu………
Aku tak pernah tau rasanya kehilangan yang parah, tapi setelah hari itu 3 november 2014, 20 hari sebelum ulang tahunku, aku bisa merasakannya.
Rasanya, seperti seseorang menikam tepat dijantungku.
Terlebih, kesempatan untuk mencium keningmu disaat terakhir itu telah musnah. Hanya berganti nisan kayu yang bertuliskan namamu, Ayahku.
Ya, tentu ada airmata…. tentu saja ada semilir duka.
Tapi aku percaya semua akan terlewati dan kembali baik-baik saja.
Walau demikian, aku benar-benar telah kehilangan, salah satu Pahlawan sejatiku, Ayahku.
Aku memang terlalu egois selama ini, meninggalkanmu sejauh apapun aku mau.
Tapi kini, aku ingin mendekatimu sedekat yang tak dapat kubayangkan. Aku hanya ingin berbisik kalimat “ Laa ilaha ilallah, seperti yang kau ajarkan ketika aku kecil dulu” , dan ada kalimat lain yang ingin kutambahkan ketika sudah dewasa, kalimat yang sudah sejak lama aku rahasiakan darimu, Kalimat itu adalah ‘ Aku menyayangimu, Papa.”
Bagaimanapun keadaannya, aku tetap harus melanjutkan hidup. Menepati janjiku padamu untuk hidup yang lebih baik. Tapi aku kecewa, karena kau pergi sebelum aku mampu melihatmu tersenyum karena aku. Mungkin aku manusia serakah yang selalu menginginkan seluruh waktumu untuk ada bersamaku. Meski aku tau, kini kau sudah tenang, tak ada lagi rasa sakit yang kau derita, tak ada lagi peralatan rumah sakit yang canggih menempel di tubuhmu. Kau telah bebas, dan aku terjebak disini. Terjebak oleh pemikiranku yang menginginkan kau untuk ada mendengar ceritaku, selalu.
Warisan yang kau titipkan,sangatlah berarti. Tak dapat kuhitung berapa banyak, karena itu bukanlah sebuah bilangan pasti, tidak dapat kutuliskan dalam bilangan angka seberapapun banyaknya. Karena warisanmu adalah Semua tentangmu, sepanjang perjalanan hidupmu adalah pelajaran yang membuatku banyak memahami tentang hidup.
Setelah hari ini, nisanmu berganti menjadi batu pualam yang cantik berwarna abu-abu. Aku tau kau pasti senang.
Masih banyak yang ingin kutulis,tapi kini mataku mulai panas dan memerah, sepertinya airmataku berontak ingin keluar. Huft.. Susah ya Pa jadi manusia cengeng seperti aku :( Tapi kau perlu tau,aku sudah mencoba menahannya. Setidaknya aku melakukannya sambil bersujud pada Tuhan dan berdoa untukmu. Sekarang penghubung diantara kita bukan lagi hp seperti dulu, ataupun alat canggih lainnya.. melainkan hanya Doa yang kuharap Tuhan menyampaikannya kepadamu Love you papa :* sampai bertemu dalam doa-doaku. Aku menyayangimu,selalu.
11, Desember 2014, 17.47 Wib – Dimeja kerjaku -
Aku rindu………
Aku tak pernah tau rasanya kehilangan yang parah, tapi setelah hari itu 3 november 2014, 20 hari sebelum ulang tahunku, aku bisa merasakannya.
Rasanya, seperti seseorang menikam tepat dijantungku.
Terlebih, kesempatan untuk mencium keningmu disaat terakhir itu telah musnah. Hanya berganti nisan kayu yang bertuliskan namamu, Ayahku.
Ya, tentu ada airmata…. tentu saja ada semilir duka.
Tapi aku percaya semua akan terlewati dan kembali baik-baik saja.
Walau demikian, aku benar-benar telah kehilangan, salah satu Pahlawan sejatiku, Ayahku.
Aku memang terlalu egois selama ini, meninggalkanmu sejauh apapun aku mau.
Tapi kini, aku ingin mendekatimu sedekat yang tak dapat kubayangkan. Aku hanya ingin berbisik kalimat “ Laa ilaha ilallah, seperti yang kau ajarkan ketika aku kecil dulu” , dan ada kalimat lain yang ingin kutambahkan ketika sudah dewasa, kalimat yang sudah sejak lama aku rahasiakan darimu, Kalimat itu adalah ‘ Aku menyayangimu, Papa.”
Bagaimanapun keadaannya, aku tetap harus melanjutkan hidup. Menepati janjiku padamu untuk hidup yang lebih baik. Tapi aku kecewa, karena kau pergi sebelum aku mampu melihatmu tersenyum karena aku. Mungkin aku manusia serakah yang selalu menginginkan seluruh waktumu untuk ada bersamaku. Meski aku tau, kini kau sudah tenang, tak ada lagi rasa sakit yang kau derita, tak ada lagi peralatan rumah sakit yang canggih menempel di tubuhmu. Kau telah bebas, dan aku terjebak disini. Terjebak oleh pemikiranku yang menginginkan kau untuk ada mendengar ceritaku, selalu.
Warisan yang kau titipkan,sangatlah berarti. Tak dapat kuhitung berapa banyak, karena itu bukanlah sebuah bilangan pasti, tidak dapat kutuliskan dalam bilangan angka seberapapun banyaknya. Karena warisanmu adalah Semua tentangmu, sepanjang perjalanan hidupmu adalah pelajaran yang membuatku banyak memahami tentang hidup.
Setelah hari ini, nisanmu berganti menjadi batu pualam yang cantik berwarna abu-abu. Aku tau kau pasti senang.
Masih banyak yang ingin kutulis,tapi kini mataku mulai panas dan memerah, sepertinya airmataku berontak ingin keluar. Huft.. Susah ya Pa jadi manusia cengeng seperti aku :( Tapi kau perlu tau,aku sudah mencoba menahannya. Setidaknya aku melakukannya sambil bersujud pada Tuhan dan berdoa untukmu. Sekarang penghubung diantara kita bukan lagi hp seperti dulu, ataupun alat canggih lainnya.. melainkan hanya Doa yang kuharap Tuhan menyampaikannya kepadamu Love you papa :* sampai bertemu dalam doa-doaku. Aku menyayangimu,selalu.

Senin, 03 November 2014
Tahun-tahun lalu aku pernah memimpikan hal ini dalam
tidurku, kehilanganmu. Dan itu cukup membuatku merasakan takut yang amat
sangat.
AKU TAKUT KEHILANGANMU PAPA …
Dan hari ini, Kau benar-benar telah pergi. Rupanya seminggu
yang lalu disaat aku menangis sesegukan menatapmu, itulah saat terakhirku untuk
bersamamu. Melihatmu.
Kau pergi dipenghujung usiaku yang ke 21 tahun. Meski aku
coba untuk tegar, tapi rasanya ada jutaan tangan yang mengoyak – ngoyak hatiku,
mematahkan semangatku. Kini, aku selamanya takkan pernah utuh, memiliki
orangtua yang bergandengan dan berfoto bersama. Meski hanya satu kali seumur
hidupku.
Banyak hal yang kusadari setelah kepergianmu.
Langganan:
Postingan (Atom)