Tatto di lengan kanannya
bertuliskan “ Hope “ adalah pemandangan di akhir senja yang kulihat hari ini.
Cahaya mentari memantul dari jendela luar, mataku menangkap kilasan senyum
riang mentari seolah ia berkata, selamat tinggal!
Kenapa harus selamat
tinggal? Bukankah Esok ia akan kembali – imajenasiku mulai ngawur.
Saat kembali ku arahkan
pandanganku mencari sosok itu. Ia menghilang.
Pertemuan pertama, aku
hanya bisa menatap sebatas punggungnya saja, celana pendek, kaos tipis dan
sandal jepit cukup menjelaskan kalau pria itu memiliki kepribadian simple dan
apa adanya.
“ Hmm, tattoo itu
mungkin memiliki arti… bahwa dia ingin memberitahu bahwa dia adalah pria yang
tegar, dan…… mungkin dia adalah pria yang selalu punya harapan, ya meski disaat
sulitnya.?! “ Gumamku
Aku meraba pemikiranku sendiri, dan terjebak
untuk beberapa saat. Meski begitu, aku yakin tattoo bertuliskan “Hope” itu
adalah suntikan energy untuk dirinya sendiri. Entahlah, rasa sok tahu-ku mulai
muncul. Segera harus ku hentikan.
Ku ambil gelas dan
mengisinya dengan air mineral. Menata hatiku yang sedikit sulit dikendalikan.
Adakalanya aku akan
termenung berjam-jam hanya dengan membaca atau mendengar kalimat yang ku sukai
itu muncul atau ketika aku mendengar seseorang mengucapkannya. Dan terkadang
itu mengganggu.
~~~
Bumi masih berotasi,
berputar mengelilingi lintasannya. Begitupun dengan kotaku, tak banyak yang
berubah disini.
Kenangan silih berganti
menari-nari di kepalaku. Tentang masa Sekolah Dasar hingga masa SMA.
Orang-orang di kota ini,
selalu membuatku rindu setengah mati. Terlebih ada Ayah yang setia tinggal di
kota ini.
Cianjur, kota kelahiranku.
Hampir 3 tahun aku pergi
dari sini, tapi tidak untuk melarikan diri. Hanya sekedar mencari arti.
Mencari tahu, sejauh
mana aku mampu memegang mimpiku, memeluk harapku dan meninggalkan kecewaku
disini.
Sahabatku mengerti bahwa
ini bukan kepergian, mereka tau aku hanya ingin meraih tujuan.
Setiap hari mengajariku
arti pertemuan dan perpisahan. Dimulai dari pertemuan dengan matahari terbit,
menghabiskan waktu bersama, hingga akhirnya matahari mengucap selamat tinggal
dalam bentuk senja,
Senja hadir untuk
menunjukan kedamaian saat kita kehilangan terang.
Sama seperti hari dimana
aku mengenalmu lewat alunan saxophone yang kamu mainkan. Bukan menjadi sesal,
tapi sangat disayangkan jika selama ini, kita tak pernah saling tahu. Apalagi
bertemu. Meskipun kita berasal dari kota yang sama, setiap hari menikmati udara
yang berhembus manis disana.
~~~
Tiba hari dimana aku
dirundung duka. Keadaan saat itu sulit untuk dijelaskan, nalar dan bibirku
enggan untuk menceritakan ada apa sebenarnya denganku. Aku hanya meminta tolong
pada diriku sendiri untuk tetap tegar, namun meski aku bertingkah seolah tak
butuh siapapun, aku tetap selalu saja menyusahkan.
Dan saat itu,
pertolonganmu sampai padaku, melegakan dadaku yang serasa terhimpit.
Sejak saat itu aku
berjanji untuk tidak mengecewakanmu, untuk tidak melupakan kebaikanmu. Dan
membalas lebih atas kebaikanmu.
Meski aku tak dapat
berjanji untuk dapat menahan perasaan malu ketika bertemu muka denganmu lagi,
tapi aku harus menepati janjiku bukan? Untuk mentraktirmu makan jika kita
bertemu.
~~~
Macetnya Jakarta menahan
langkahmu untuk tiba tepat waktu dan menghibur Fans-mu malam ini. Raut kecewa
dan lelah dapat kubaca dari wajahmu. Dengan
malu, aku mencoba menghiburmu, namun sepertinya tidak berhasil. Lelah itu masih
ada tapi kau coba untuk sembunyikan. Yang kamu tunjukan adalah rasa lapar
hehehe…. dan kita sama-sama makan burger, Terima kasih untuk obrolan kita malam
itu. Mustahil kita tahu seseorang itu 100% tapi setidaknya kita tahu orang
seperti apa dia.
Setelah menatapnya
lekat, melihat pahatan Tuhan lewat wajahnya, hatinya.. aku mengerti. Bahwa
Tatto yang terlukis ditubuhnya hanyalah sebuah karya seni yang memiliki nilai
tersendiri. Tak perlu dikelompokan sebagai orang yang gemar melakukan kriminal.
Faktanya aku lihat hatinya malam ini.
Dalam doa panjang untuk
Tuhan, terselip permintaan agar Tuhan membalas semua kebaikanmu. Melipat
gandakan rejekimu serta Selalu Memberkatimu.
Andai saja aku bisa
membalas kebaikanmu sama seperti kebaikanmu untukku.
Dan… andai saja
kesalahpahaman itu bisa aku jelaskan
Mungkin rasa bersalah
ini tak akan menamparku lagi dan lagi.
Apa jadinya jika Fans-mu
tahu kalau aku menyulitkan idola mereka?! Hehehee :’)
Maaf :(
, atas tidak tepatnya aku membalas kebaikanmu.
Terima kasih atas
kebaikanmu untukku, dan untuk Almarhum Ayahku.